HeadlineNTB (Lombok Timur) - Kawasan TWP Sulat Lawang adalah bagian dari kawasan konservasi yang memiliki zona paling luas di Lombok Timur. Banyak nelayan yang menggantungkan hidupnya di kawasan ini, sayangnya hingga saat ini masih sering sekali terjadi aksi Pengeboman dan Pembiusan Ikan (destructif fishing) yang menyebabkan rusaknya biota laut di kawasan tersebut.
Haerudin, salah seorang nelayan tradisional asal Desa Gunung Malang yang selalu mencari nafkah di kawasan TWP Sulat Lawang menerangkan bahwa di kawasan Sulat Lawang masih sering sekali terjadi kegiatan Pengeboman dan Penangkapan ikan dengan menggunakan bius.
"Di kawasan ini masih sering sekali terjadi Pengeboman dan Penangkapan Ikan dengan bius," terang Haerudin saat dutemui di kawasan zona inti TWP Sulat Lawang, Ahad, (30/04/2023).
"Para pengebom biasa beroperasi pada pagi (subuh) dan sore hari (setelah asar hingga malam)," paparnya dari atas Sampan yang dilabuhkannya.
Ia menambahkan, "kalau pembius, mereka beroperasi seperti maling, mereka beraksi pada malam hari hingga menjelang pagi".
Terkait dengan hal itu, Haerudin menyatakan kekecewaan nya kepada para petugas yang berwenang dan bertugas melindungi laut kawasan TWP Sulat Lawang dan sekitarnya.
"Kami sangat kecewa kepada para petugas yang bertanggung jawab menjaga dan mengawasi laut kawasan ini," tegasnya.
Nelayan ini mengaku bahwa ia dan para nelayan tradisional di kawasan Kecamatan Pringgabaya dan Sambalia sudah sering melaporkan masalah tersebut kepada para petugas berwenang, namun tindak lanjut dari laporan mereka tidak ada sehingga kejadian serupa terus terjadi hingga saat ini.
Mewakili nelayan tradisional lainnya, Haerudin berharap supaya pemerintah dan para petugas segera menangani permasalahan ini supaya biota laut terjaga (lestari) dan nelayan tradisional bisa mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak.
Di lokasi yang sama, Herman (Ketua Asosiasi Pokmaswas Kecamatan Sambalia) yang sedang melakukan kegiatan monitoring di TWP Sulat Lawang menanggapi bahwa ia memang sudah sering menerima laporan masalah serupa, sehingga ia dan anggota Pokmaswas Petrando, anggota Asosiasi Pokmaswas Kecamatan Sambelia, WCS dan Yayasan Komite Pengelola Perikanan Laut (YKPPL) Kecamatan Sambelia senantiasa melakukan monitoring laut di kawasan tersebut.
"Setiap bulannya kami melakukan monitoring di kawasan ini, hanya saja monitoringnya kebanyakan kami lakukan siang hari sehingga kami jarang menemukan pengebom dan para pelaku penangkapan ikan dengan bius," jelas Herman.
"Berdasarkan laporan tadi, kami akan berusaha melakukan dan memperbanyak monitoring pada waktu operasional mereka sebagaimana yang disebutkan pak Haerudin," tambahnya.
Herman berjanji akan melaporkan masalah ini dan berkoordinasi dengan pihak PSDKP, Pos AL Selat Alas, Polairud, WCS dan pihak terkait lainnya agar bersama-sama menjaga kawasan Sulat Lawang dari aksi Pengeboman dan Pembiusan Ikan.
Ia berharap, jika nanti ia dan anggota Asosiasi Pokmaswas Sambalia menemukan pelaku pengebom dan atau pelaku penangkapan ikan dengan bius maka petugas dapat memberinya sangsi sesuai dengan amanah undang-undang dan peraturan yang berlaku supaya ada epek jera bagi para pelaku.