Iklan

Friday, September 10, 2021, September 10, 2021 WIB
Last Updated 2021-09-26T13:36:21Z
Bisnis

Desa Korleko Penghasil Kerajinan Sapu Lidi Beromset Puluhan Juta


HeadlineNTB NTB (Lombok Timur)
- Berawal dari banyaknya pohon kelapa di tempat tinggalnya, Ansori bersama para pemuda dusun Gubuk Barat Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur kembangkan usaha Kerajinan Sapu Lidi yang beromset puluhan juta.



"Karna melihat potensi bahan baku yang tersedia dari wilayah Korleko khususnya, begitu banyak maka kita berfikir dan punya gagasan untuk membuat sebuah produk yaitu membuat sapu Lidi" tuturnya Ansori kepada Headlien NTB.



Sapu Lidi yang diberikan merek “ Kampung Lidi Korleko” diharapkan bukan hanya dikenal di wilayah korleko saja, namun kedepanya dapat dikenal seluruh wilayah di  Nusa tenggara barat dan luar Nusa Tenggara Barat.


“Jadi kita berharap nama Kampung Lidi Korleko ini akan dikenal bukan hanya dilingkup Desa Korleko saja tetapi sampai keseluruh pelosok yang di wilayah NTB ini," lanjut Ansori.



Ansori yang juga staf Kantor Desa Korleko Kasi pemerintahan saat ini mampu memperkerjaan  13 orang pekerja yang dominasi oleh ibu rumah tangga di sekitar kampungnya.

 

“jumlah pekerja dibagi dua, tahap pertama pekerja bagian masukan Lidi ke lakopat (plastik), kita perkerjaakan Ibu Ibu rumah tangga yang saat ini yang aktif 9 orang, bagian pemasangan gagang pekerja aktif 4 orang, bila permintaan banyak sampai 6 - 7 orang hingga totalnya 13 orang pekerja,” jelas Ansori.


Sementara omset dalam perbulannya, usaha Sapu Lidi ini  tembus hingga 30 jutaan sampai 40 juataan dengan target pasar Kabupaten Sumbawa,Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan memenuhi permintaan toko glosiran di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah Dan Mataram.


"Omsetnya dalam satu bulan, kalau kita kan disini melayani paket nglosir dan pesanan. tetapi kalau kita pakai glosiran kita lepas 7 setengah dan perbulan itu bisa sampai dua puluh ribuan, sehingga  omsetnya itu perbulan tembus sampai 30 dan 40 jutaan, itu dipasarkan sampai Sumbawa bima Dompu dan memenuhi permintaan toko grosiran Lombok Timur, Praya dan Beratais Cakra," ungkap Ansori.


Ansori juga mengungkapkan kendala selama menggeluti usaha Sapu Lidi yang ia jalani, mulai dari tidak seragamnya harga dipasaran  hingga peralatan produksi yang masih manual.



" Terkadang kita kewalahan disaat pemasaran, saat sepakatan dengan harga yang sudah disepakati kadang kadang ada juga Teman teman Yang Waku penjualannya itu dilapangan itu dibawah harga normalnya sehingga mau tidak mau yang namanya pelanggan pastinya mencari harga yang lebih murah,” katanya.


"Kedala yang lain Juga karna lidi ini dalam proses pembuatan dari proses awal dari menghaluskan lidi ini masih menggunakan tenaga manual disaat ada pesanan yang sangat banyak kadang kadang kita kewalahan ditambah lagi kadang bahan baku lidi tidak  mencukupi permintaan," imbunhya.

Ansori berharap  kedepan usaha seperti ini harus mempunya asosiasi hingga memudahkan untuk mengatur harga di pasaran, selain itu ia berharap dinas terkait untuk dapat mempromosiakan produknya sehingga lebih dikenal lagi masyarakat luas.


"Harapannya, memang kita di UMKM yang punya usaha mikro mungkin kita harus dibuatan sejenis asosiasi atau apalah namanya, baik kita menyepakati harga dipasar itu sehingga tidak ada harga yang kita anggap tinggi ataupun rendah mungkin perlu dibangun komunikasi bersama dalam peroses penjualannya, "harapnya


“Harahapan besar kita,  dinas dinas terkait, misalkan Dinas Kebersihan, Dinas LHK mampu dan memberikan kita kesempatan untuk bagaimana produknya kita itu juga di promosikan dengan menggunakan produk kita langsung  bukan dari luar," tutupnya.

Kontributor : Hizbul Wathon